Rabu, 09 Juni 2010

Jalaludin Rummi

Abadinya kehidupan

Seluruh kemampuan manusia tidaklah permanen
Seluruhnya akan musnah pada hari Kebangkitan
Namun cahaya kesadaran dan seluruh ruh nenek moyang kita
Bukanlah sirna semuanya, laksana rerumputan
Mereka yang telah meninggal dunia bukanlah tidak-ada
Mereka terendam dalam Sifat-sifat Ilahi
Seluruh sifatnya terhisap ke dalam Sifat-sifat Ilahi
Sama seperti hilangnya bintang-bintang oleh hadirnya matahari
Jika engkau menanyakan sumber dari Al-Qur’an,
Bacalah ayat, ”Setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi ke Hadapan Kami (muhdarun).
Orang yang disebut dengan kata muhdarun bukanlah tidak-ada
Renungkanlah..
Sehingga engkau dapat memperoleh pengetahuan yang pasti tentang abadinya kehidupan ruh.
Ruh yang terhalang dari kehidupan abadi berada dalam kesengsaraan
Ruh yang senantiasa bersatu dengan Tuhan terbebas dari berbagai rintangan.


Saat bersatu

Aku tak sama dengan Sang Raja
Bahkan jauh berbeda
Meskipun kuperoleh cahaya dari sinar-Nya.
Keserbasamaan bukanlah dalam hal bentuk dan esensi:
Air menjadi serba-sama dengan tanah dalam tetumbuhan
Karena jenisku bukan jenis Rajaku,
Egoku musnah (fana’) demi Ego-Nya
Egoku musnah, Dia sajalah yang tinggal
Aku mengepul seperti debu di bawah kaki kuda-Nya.
Kepribadian-diri menjadi debu
Hanya bekasnya tampak pada cap kaki-Nya di atas debu.
Jadilah debu di bawah kaki-Nya demi cap-kaki itu
Dan jadilah laksana mahkota di atas kepala Sang Kaisar!

Tidak ada komentar: